SIMPLISIA
A.HUBUNGAN FARMAKOGNOSI DENGAN OBAT
Perkataan Farmakognosi
berasal dari dua
kata Yunani yaituPharmakon yang
berarti obat dan gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan.
Jadi farmakognosi berarti pengetahuan tentang obat.
Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup farmakognosi diberikan olehFluckiger, yaitu
pengetahuan secara serentak berbagai macam cabang ilmu pengetahuan untuk
memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.
Ada beberapa definisi tentang obat misalnya
:
1.
|
Obat
:
|
Yakni suatu bahan atau paduan bahan – bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah,
mengurangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok bagian badan
manusia.
|
2.
|
Obat
Jadi
:
|
Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam
bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk yang
mempunyai nama teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau
buku- buku lain yang ditetapkan pemerintah .
|
3.
|
Obat
Paten :
|
Yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas
nama si pembuat atau dikuasakannya dan dijual dalam bungkus
asli dari pabrik yang memproduksinya.
|
4.
|
Obat
Baru
:
|
Yakni obat yang terdiri dari atau berisi suatu zat
baik sebagai bagian yang berkhasiat maupun yang tidak
berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, bahan pembantu atau komponen
lain yang belum dikenal, sehingga tidak diketahui khasiat atau kemurniannya.
|
5.
|
Obat Tradisional :
|
Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran
dari bahan- bahan tersebut, cara tradisional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman.
|
B. Ruang Lingkup Farmakognosi
Farmakognosi adalah
sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa, sehingga
ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi
Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi
hanya meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis
yang seharusnya juga mencakup identifikasi, isolasi dan
pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu
penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai contoh :
Chloramphenicol dapat dibuat secara sintesa total, yang sebelumnya hanya dapat
diperoleh dari biakkan cendawan Streptomyces venezuela.
Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan
dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistimatikanya, maka
diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini
dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan
yang siap pakai atau simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi.
Simplisia yang diperoleh dapat berupa rajangan atau serbuk. Jika dilakukan uji
khasiat, diadakan pengujian toksisitas, uji pra klinik dan uji klinik untuk
menentukan fitofarmaka atau fitomedisin ; bahan – bahan fitofarmaka inilah yang
disebut obat. Bila dilakukan uji klinik, maka akan diperoleh obat jadi.
Serbuk dari simplisia jika diekstraksi dengan menggunakan berbagai macam metode
ekstraksi dengan pemilihan pelarut , maka hasilnya disebut ekstrak. Apabila
ekstrak yang diperoleh ini diisolasi dengan pemisahan berbagai kromatografi,
maka hasilnya disebut isolat.
Jika isolat ini dimurnikan, kemudian ditentukan sifat – sifat fisika dan
kimiawinya akan dihasilkan zat murni, yang selanjutnya dapat dilanjutkan
penelitian tentang identifikasi, karakterisasi, elusidasi struktur dan
spektrofotometri.
Proses ekstraksi dari serbuk sampai diperoleh isolat bahan obat dibicarakan
dalam fitokimia dan analisis fitokimia. Bahan obat jika diadakan uji toksisitas
dan uji pra klinik akan didapatkan obat jadi. Mulai dari bahan obat sampat didapatnya
obat jadi dapat diuraikan dalam skema berikut :
C. Hubungan Farmakognosi Dengan Botani -
Zoologi
Simplisia harus
mempunyai identitas botani – zoologi yang pasti,
artinya harus diketahui dengan tepat nama latin tanaman atau hewan dari
mana simplisia tersebut diperoleh, misalnya : menurut Farmakope Indonesia
ditentukan bahwa untuk Kulit Kina harus diambil dari tanaman asal Cinchona
succirubra, sedangkan jenis kina terdapat banyak sekali , yang tidak
mempunyai kadar kina yang tinggi. Atas dasar pentingnya identitas botani –
zoologi maka nama –nama tanaman atau hewan dalam Farmakope selalu disebut
nama latin dan tidak dengan nama daerah, karena satu nama daerah
seringkali berlaku untuk lebih dari satu macam tanaman sehingga
dengan demikian nama daerah tidak selalu memberikan kepastian identitas. Dengan
demikian menetapkan identitas botani – zoologi secara tepat adalah langkah
pertama yang harus ditempuh sebelum melakukan kegiatan-kegiatan lainnya
dalam bidang farmakognosi.
D. Hubungan Farmakognosi Dengan Ilmu – Ilmu
Lain
Sebelum kimia organik
dikenal, simplisia merupakan bahan utama yang harus tersedia di tempat meramu
atau meracik obat dan umumnya diramu atau diracik sendiri oleh
tabib yang memeriksa sipenderita, sehingga dengan cara tersebut
Farmakognosi dianggap sebagai bagian dari Materia Medika. Simplisia
diapotik kemudian terdesak oleh perkembangan galenika, sehingga persediaan
simplisia di apotik digantikan dengan sediaan – sediaan galenik yaitu, tingtur,
ekstrak, anggur dan lain –
lain.
Kemudian setelah kimia organik berkembang, menyebabkan makin
terdesaknya kedudukan simplisia di apotik - apotik. Tetapi hal ini bukan
berarti simplisia tidak diperlukan lagi, hanya tempatnya tergeser
ke pabrik - pabrik farmasi, Tanpa adanya simplisia di apotik tidak
akan terdapat sediaan-sediaan galenik, zat kimia murni maupun sediaan
bentuk lainnya, misalnya: serbuk, tablet, ampul, contohnya:
Injeksi Kinin Antipirin, Secara sepintas Kinina antipirin dibuat secara
sintetis tetapi dari sediaan tersebut hanya Antipirin saja yang dibuat
sintetis sedangkan kinina hanya dapat diperoleh jika ada Kulit Kina,
sedangkan untuk mendapatkan kulit kina yang akan ditebang atau dikuliti
adalah dari jenis Cinchona yang dikehendaki. Untuk memperoleh jenis Cinchona
yang dikehendaki tidak mungkin diambil dari jenis Cinchona yang tumbuh
liar, sehingga harus ada cara pengumpulan dan perkebunan yang baik dan
terpelihara. Dalam perkebunan ini farmakognosi erat hubungannya dengan
ilmu-ilmu lain misalnya: Biokimia, dalam pembuatan zat-zat sintetis seperti
Kortison, Hidrokortison dan lain - lainnya.
Dari contoh - contoh tersebut maka dapat diketahui bahwa ruang
lingkup Farmakognosi tidak terbatas pada pengetahuan tentang simplisia yang
tertera dalam Farmakope, tetapi meliputi pemanfaatan alam nabati- hewani
dan mineral dalam berbagai aspeknya di bidang farmasi dan Kesehatan.
E. Sejarah Dan Perkembangan Farmakognosi
Pada kurang lebih 2500
tahun sebelum masehi, penggunaan tanaman obat sudah dilakukan orang,
hal ini dapat diketahui dari lempeng tanah liat yang tersimpan di
Perpustakaan Ashurbanipal di Assiria, yang memuat simplisia antara lain
kulit delima, opium, adas manis, madu, ragi, minyak jarak. Juga orang Yunani
kuno misalnya Hippocrates (1446 sebelum masehi),
seorang tabib telah mengenal kayu manis, hiosiamina, gentiana, kelembak,
gom arab, bunga kantil dan lainnya.
Pada tahun 1737 Linnaeus, seorang ahli
botani Swedia, menulis
buku
“Genera Plantarum” yang kemudian merupakan buku pedoman utama dari sistematik
botani, sedangkan farmakognosi modern mulai dirintis
oleh Martiuss. Seorang apoteker Jerman dalam bukunya
“Grundriss Der Pharmakognosie Des Planzenreisches” telah
menggolongkan simplisia menurut segi morfologi, cara- cara untuk
mengetahui kemurnian
simplisia.
Farmakognosi mulai
berkembang pesat setelah pertengahan abad ke 19 dan masih terbatas pada uraian
makroskopis dan mikroskopis. Dan sampai dewasa ini perkembangannya sudah
sampai ke usaha- usaha isolasi, identifikasi dan juga teknik-teknik
kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif.
F.
Ejaan Latin
Meskipun alfabet Latin sama
dengan alfabet yang dipergunakan dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan ejaan
yang disempurnakan pada bahasa Indonesia, maka terrdapat perbedaan cara
pengucapan dari beberapa huruf dan rangkaian huruf.
Cara pembacaan huruf – huruf atau rangkaian – rangkaian huruf Latin yang dimaksud, dapat kita lihat pada contoh – contoh berikut ini :
Cara pembacaan huruf – huruf atau rangkaian – rangkaian huruf Latin yang dimaksud, dapat kita lihat pada contoh – contoh berikut ini :
Huruf atau rangkaian huruf
|
Dibaca sebagai
|
Contoh
|
Diucapkan sebagai
|
ae
|
e
|
Galangae
|
ga-la-nge
|
Lobeliae
|
lo-be-li-e
|
||
c
|
k jika diikuti huruf a, o, u atau huruf mati
|
Cacao
|
ka-ka-o
|
Cola
|
ko-la
|
||
Curcuma
|
kur-ku-ma
|
||
Fructus
|
Fruk -tus
|
||
c
|
s jika diikuti
huruf e, i, y
|
Cera
|
Se-ra
|
Citri
|
Sit-tri
|
||
Glycyrrhiza
|
Gli-si-ri-sa
|
||
cc
|
kk jika diikuti huruf a , o, u
|
Succus
|
Suk-kus
|
cc
|
ks jika diikuti huruf
|
Coccinella
|
Kok-si-ne-la
|
e, i, y
|
|||
ch
|
kh jika diikuti huruf
|
Cinchona
|
Sin-ko-na
|
hidup
|
|||
ch
|
h jika diikuti huruf mati
|
Strychni
|
Strih-ni
|
eae
|
e
|
Dioscoreae
|
Di-es-ko-re
|
eu
|
e + u
|
Oleum
|
O-le-um
|
Cetaceum
|
Se-ta-se-um
|
||
ff
|
f
|
Paraffinum
|
Pa-ra-fi-num
|
ie
|
i..+ ye
|
Iecoris
|
Iye-ko-ris
|
ii
|
i + i
|
Aurantii
|
Au-ran-ti-i
|
j
|
y
|
Cajuputi
|
Ka-yu-pu-ti
|
ll
|
l
|
Vanilla
|
Va-ni-la
|
mm
|
m
|
Gummi
|
Gu-mi
|
Ichtammolum
|
Ih-ta-mo-lum
|
||
nh
|
n
|
Ipecacuanhae
|
I-pe-ka-ku-ane
|
oe
|
eu
|
Foeniculi
|
Feu-ni-ku-li
|
Asafoetida
|
A-sa-feu-ti-da
|
||
nn
|
n
|
Belladonna
|
Be-la-do-na
|
Sennae
|
Se-ne
|
||
ph
|
f
|
Orthosiphon
|
Or-to-si-fon
|
pp
|
p
|
hippoglossi
|
hi-po-glo-si
|
qu
|
kw
|
quercus
|
kwer-kus
|
rh
|
r
|
rhei
rhizoma
|
re-i
ri-zo-ma
|
rr
|
r
|
myrrha
|
mi-ra
|
sh
|
sy
|
shorea
|
syo-re
|
purshiana
|
pur-si-a-na
|
||
ss
|
s
|
Cassia
|
ka-si-a
|
th
|
t
|
Mentha
|
men-ta
|
tiae
|
sie
|
Liquiritiae
|
li-kwi-ri-sie
|
Huruf atau rangkaian huruf
|
Dibaca sebagai
|
Contoh
|
Diucapkan sebagai
|
x
|
ks jika tertera pada tengah / akhir kata
|
Pix
|
p iks
|
radix
|
ra-diks
|
||
cortex
|
kor-teks
|
||
bixa
|
bik-sa
|
||
x
|
s jika pada permulaan kata
|
xanthorrhiza
|
san-to-ri-za
|
y
|
i jika didahului dan / atau diikuti oleh huruf mati
|
hydrastis
|
hi-dras-tis
|
maydis
|
ma-i-dis
|
||
y
|
y jika diapit oleh 2 huruf hidup
|
papaya
|
pa-pa-ya
|
G. Tata Nama Latin Tanaman
1.
|
Nama Latin tanaman terdiri dari 2 kata, kata pertama
disebut nama genus dan perkataan kedua disebut
petunjuk species , misalnya nama latin
dari padi adalah Oryza sativa, jadi Oryza adalah genusnya
sedangkan sativa adalah petunjuk speciesnya. Huruf pertama dari genus ditulis
dengan huruf besar dan huruf pertama dari petunjuk species
ditulis dengan huruf kecil .Nama ilmiah lengkap dari suatu tanaman terdiri
dari nama latin diikuti dengan singkatan nama ahli botani yang
memberikan nama latin tersebut.
Beberapa contoh adalah sebagai berikut :
Nama ahli botani Disingkat
sbg Nama tanaman lengkap
Linnaeus
L
Oryza sativa L
De
Candolle
DC
Strophanthus hispidus
DC
Miller
Mill
Foeniculum vulgare Mill
Houttuyn
Houtt
Myristica fragrans Houtt
|
2
|
Nama latin tanaman tidak boleh lebih dari 2
perkataan, jika lebih dari 2 kata (3 kata), 2 dari 3 kata
tersebut harus digabungkan dengan tanda (-) .
Contoh : Dryopteris filix – mas
Strychnos nux - vomica
Hibiscus rosa - sinensis
|
3
|
Kadang- kadang terjadi penggunaan 1 nama latin terhadap
2 tanaman yang berbeda, hal ini disebut homonim dan keadaan
seperti ini terjadi sehingga ahli botani lain keliru menggunakan nama latin
yang bersangkutan terhadap tanaman lain yang juga cocok dengan
uraian morfologis tersebut.
|
H. Tata Nama
Simplisia
Dalam ketentuan umum Farmakope
Indonesia disebutkan bahwa nama simplisia nabati ditulis dengan menyebutkan
nama genus atau species nama tanaman, diikuti
nama bagian tanaman yang digunakan. Ketentuan ini tidak
berlaku untuk simplisia nabati
yang diperoleh
dari beberapa macam tanaman dan untuk eksudat nabati.
Contoh
:
1.
|
Genus +
nama bagian tanaman :
|
Cinchonae
Cortex, Digitalis
Folium,
Thymi Herba, Zingiberis Rhizoma
|
2.
|
Petunjuk species + nama bagian
tanaman :
|
Belladonnae
Herba, Serpylli
Herba,
Ipecacuanhae Radix, Stramonii Herba
|
3.
|
Genus + petunjuk species + nama bagian tanaman :
|
Curcuma
aeruginosae
Rhizoma,
Capsici frutescentis Fructus
|
Keterangan : Nama species terdiri dari
genus + petunjuk spesies
Contoh :
Nama spesies : Cinchona succirubra
Nama genus : Cinchona
Petunjuk species : succirubra
J.
Beberapa Definisi
1
|
Simplisia :
|
adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
|
2.
|
Simplisia nabati
:
|
adalah simplisia berupa tanaman utuh,bagian tanaman atau
eksudat tanaman.
|
Eksudat tanaman :
|
adalah isi sel yang secara spontan keluar
daritanaman atau isi sel dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya,
atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya dan belum berupa zat kimia murni .
|
|
3.
|
Simplisia hewani :
|
adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni.
|
4.
|
Simplisia
mineral : ( pelikan)
|
adalah simplisia yang berupa mineral (pelikan) yang
belum diolah atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
murni.
|
5.
|
Alkaloida
:
|
adalah suatu basa organik yang mengandung unsur
Nitrogen ( N) pada umumnya berasal dari tanaman , yang mempunyai
efek fisiologis kuat/ keras terhadap manusia. Sifat lainnya
adalah sukar larut dalam air, dengan suatu asam akan membentuk garam alkaloid
yang lebih mudah larut dalam air. Contohnya Codein, Papaverin, Atropin
|
6.
|
Glikosida :
|
Adalah suatu zat yang oleh enzim tertentu akan
terurai menjadi satu macam gula serta satu atau lebih
zat bukan gula. Contohnya amigdalin, oleh enzim emulsin akan terurai menjadi
glukosa + benzaldehida + asam biru ( sianida).
|
7.
|
Enzim
:
|
adalah suatu biokatalisator yaitu
senyawa atau zat yang berfungsi mempercepat reaksi biokimia / metabolisme
dalam tubuh organisme. Sering mempunyai nama dengan akhiran ase, seperti
: Amilase, Penisilinase dan lain- lain. Daya kerjanya dibatasi
oleh suhu , dimana pada suhu 00 C tidak akan aktif dan diatas
600 C akan mati.
|
8.
|
Vitamin :
|
adalah suatu zat yang dalam jumlah sedikit sekali
diperlukan oleh tubuh manusia untuk membentuk metabolisme tubuh. Tubuh
manusia sendiri tidak dapat memproduksi vitamin.
|
9.
|
Hormon :
|
adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh kelenjar
endokrin yang mempengaruhi faal tubuh dan
mempengaruhi besar bentuk tubuh. Bahan organik asing, disingkat benda
asing, adalah satu atau keseluruhan dari apa yang disebutkan
dibawah ini :
a. Fragmen
bagian atau bagian tanaman asal simplisia selain bagian tanaman yang
disebutkan dalam paparan makroskopik atau bagian sedemikian yang nilai
batasnya disebut monografi
b. Hewan atau
hewan asing berikut fragmennya, zat yang dikeluarkan hewan,
kotoran hewan, batu, tanah atau zat pengotor lainnya
|
K. Pemerian
Adalah uraian tentang bentuk, bau, rasa, warna simplisia, jadi merupakan
informasi yang diperlukan pada pengamatan terhadap simplisia nabati yang berupa
bagian tanaman ( kulit, daun, akar dan sebagainya ).
L. Isi Simplisia
Isi simplisia dibagi dalam dua kelompok, yaitu isi utama dan isi
tambahan. Keterangan tentang isi kadang-kadang malah merupakan kunci
dalam sediaan-sediaan galenik.
M. Beberapa Istilah Yang Ada Hubungannya Dengan
Kegunaan Simplisia Dan Nama Penyakit
1.
|
Amara
|
Menambah nafsu makan / pahitan
|
2.
|
Anhidrotika
|
Mengurangi keluarnya keringat
|
3.
|
Stomakika
|
Memacu enzim – enzim pencernaan
|
4.
|
Analgetika
|
Mengurangi rasa nyeri
|
5.
|
Antelmintika
|
Membasmi cacing dari dalam tubuh manusia
|
6.
|
Anti fungi
|
Membasmi jamur, terutama jamur pada
kulit,
misalnya panu .
|
7.
|
Anti hipertensi
|
Menurunkan tekanan darah.
|
8.
|
Anti piretika
|
Menurunkan suhu badan
|
9.
|
Anti emetika
|
Mencegah atau menghilangkan mual atau muntah
|
10.
|
Anti diare
|
Menghentikan buang air besar , mencret atau murus
|
11.
|
Anti neuralgia
|
Menghilangkan rasa sakit / nyeri di kepala
|
12.
|
Anti reumatika
|
Menghilangkan rasa sakit pada encok / rematik
|
13.
|
Anti spasmodika
|
Pereda / pelawan keadaan kejang pada
tubuh (pereda kejang)
|
14.
|
Anti septika
|
Membasmi kuman ( desinfektika )
|
15.
|
Antidotum
|
Penawar racun
|
16.
|
Antitusif
|
Pereda batuk
|
17.
|
Ekspetoransia
|
Mengurangi batuk berdahak
|
18.
|
Anti diabetika
|
Untuk mengobati kencing manis
|
19.
|
Anti hemoroida
|
Untuk mengobati wasir
|
20.
|
Anti iritansia
|
Mencegah perangsangan pada kulit dan selaput lendir
|
21.
|
Astringensia
|
Menciutkan selaput lendir atau pori / pengelat
|
22.
|
Cardiaka
|
Untuk jantung
|
23.
|
Cardiotonika
|
Untuk penguat kerja jantung
|
24.
|
Cholagoga
|
Membantu fungsi dari empedu
|
25.
|
Dismenorrhoe
|
Untuk mengobati nyeri haid
|
26.
|
Diaforetika / Sudorifika
|
Memperbanyak keluarnya keringat / peluruh
keringat
|
27.
|
Digestiva
|
Merangsang pencernaan makanan
|
28.
|
Diuretika
|
Melancarkan keluarnya air seni / peluruh air seni
|
29.
|
Dilatator
|
Melebarkan pembuluh darah
|
30.
|
Depuratif
|
Pembersih darah
|
31.
|
Emenagoga
|
Memperbanyak keluarnya haid / peluruh haid
|
32.
|
Emetika
|
Menyebabkan muntah
|
33.
|
Gonorrhoe
|
Kencing nanah
|
34.
|
Hair tonic
|
Menguatkan atau menyuburkan rambut
|
35
|
Holitosis
|
Menyegarkan nafas
|
36.
|
Hemostatika
|
Menghentikan perdarahan
|
37.
|
Insektisida
|
Membasmi serangga
|
38.
|
Konstipasi
|
Sembelit / susah buang air besar
|
39.
|
Karminativa
|
Mengeluarkan angin dari dalam tubuh manusia
|
40.
|
Laktagoga
|
Memperlancar air susu ibu
|
41.
|
Laktifuga
|
Menghentikan atau mengurangi air susu ibu
|
42.
|
Litotriptika
|
Menghancurkan batu pada kandung kemih
|
43.
|
Laxantia,
laksativa, purgativa
|
Melancarkan buang air besar / pencahar
|
44.
|
Skorbut
|
Sariawan, gusi berdarah karena kekurangan vitamin C
|
45.
|
Vasodilatansia
|
Memperlebar pembuluh darah
|
46.
|
Nephrolithiasis
|
Penyakit kencing batu
|
47.
|
Urolithiasis
|
Adanya batu dalam saluran air kemih
|
48.
|
Parkinson
|
Penyakit dengan ciri adanya tremor (gemetar), tangan
serta kaki bergemetaran pada waktu
diam
|
49.
|
Parkinsonisme
|
Penyakit yang mirip parkinson
|
50.
|
Parasimpatolitika
|
Pelawan efek perangsang saraf parasimpatik
|
51.
|
Pertusis
|
Batuk rejan / batuk seratus hari
|
52.
|
Roboransia / tonikum
|
Obat kuat
|
53.
|
Skabicida
|
Obat kudis
|
54.
|
Sedativa
|
Obat penenang
|
55.
|
Hipotiroidisme
|
Kekurangan aktivitas dari kelenjar gondok
|
56.
|
Trikhomoniasis
|
Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur yang hidup di
atas kulit (dermatofyt), jamurnya adalah
Trichofyton
|
N. Bagian - Bagian dari Tanaman
Kormus ( tubuh tanaman ) umumnya dapat dibagi menjadi 3
bagian yaitu radix (akar), caulis (batang) dan folium (daun). Di
samping itu pada tanaman dapat ditemukan gema (kuncup), flos (bunga), fructus
(buah), semen (biji), tubera (umbi), rhizoma (akar tinggal), bulbus (umbi
lapis). Cortex (kulit bagian batang atau buah atau buah yang dapat dikelupas),
herba (bagian tanaman lunak di atas tanah), pulpa (daging buah), kayu (lignum).
O. Uraian Tentang Simplisia
1. Buku – buku yang
digunakan :
a. Simplisia yang
monografinya diuraikan di FI
b. Beberapa simplisia yang
monografinya diuraikan di EFI dan dianggap masih
relevan untuk diketahui
siswa.
c. Beberapa simplisia yang
monografinya diuraikan dalam MMI (MateriaMedika
Indonesia )
d. Simplisia yang sediaan
galeniknya diuraikan di FI
e. Simplisia di dalam
bab-bab tertentu masih disebutkan oleh FI baik sebagai contoh
maupun keterangan lain.
2. Uraian masing-masing
simplisia meliputi :
a. Nama dan sinonim / nama
lain simplisia
b. Tanaman asal simplisia
c. Familia atau keluarga
simplisia
d. Isi / zat berkhasiat
utama dan persyaratan kadar
e. Penggunaannya
f. Pemerian
g. Bagian yang digunakan
h. Keterangan mengenai :
- Sediaan atau preparat
yang terdapat di FI dan Form . Nas yang masih
digunakan
- Penyimpanan
- Jenis – jenisnya
- Waktu panen / cara
memproleh
0 komentar:
Posting Komentar